Berita

SPANDUK PPDB

Kontak

Alamat :

Iteng, Desa Iteng, Kec. Satar Mese, Kab. Manggarai

Telepon :

082217845687 - 081239431799

Email :

smast.mariaiteng.@yahoo.co.id

Website :

stmariaiteng.sch.id

Media Sosial :

Kalender

Desember 2024

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31

CERITA RAKYAT

SEJARAH KODE RAE KETURUNAN KERAJAAN TODO DAN POCOLEOK DI SATARMESE

(IGNASIUS YUDIANTO SEHADUN, SISWA KELAS XII SMA ITENG)

Sejarah tentang kode rae yang merupakan keturunan dari dua kerajaan besar di Satarmese dahulu kala, mungkin masih banyak orang yang belum mengetahuinya. Sejarah kode rae yang merupakan keturunan dari dua kerajaan besar ini dapat menggugah hati kita agar lebih mengetahui sejarah-sejarah yang terdapat di daerah kita.

Pada masa kerajaan dahulu, ada dua kerajaan di Satarmese atau lebih dikenal dengan istilah kedaluan, jadi ada dua dalu yaitu Dalu Todo dan Dalu Pocoleok. Diantara dua kerajaan ini, kerajaan Todo yang lebih memegang hak kekuasaan dibandingkan dengan kerajaan Pocoleok walau menurut beberapa cerita di masyarakat orang Pocoleoklah yang pertama kali mendiami daerah Satarmese.

Singkat cerita, pada masa itu Raja dari kerajaan Majapahit mengadakan sayembara untuk semua raja di seluruh Nusantara termasuk Raja kerajaan Todo dan Raja kerajaan Pocoleok. Sayembara tersebut memiliki persyaratan  yaitu, barang siapa yang memiliki ayam dan kuda yang berhasil mengalahkan ayam Raja Majapahit dalam sabung  ayam dan dapat mengalahkan kuda Raja Majapahit dalam pacuan kuda, akan diangkat menjadi menantu oleh Raja kerajaan Majapahit dan akan dinikahkan dengan putrinya.

Ketika mendengar sayembara tersebut Raja Pocoleok yang aslinya memiliki kekuatan gaib, atau orang Satarmese menyebutnya dengan istilah mbeko segera mendaftarkan dirinya. Raja kerajaan Pocoleok yang memiliki kekuatan tadi, bukannya membawa ayam dan kuda tetapi membawa kucing hutan (Nggaro) dan rusa (Tagi) yang telah ia ubah menjadi ayam dan kuda untuk bersaing dengan ayam dan kuda milik Raja kerajaan Majapahit.

Akhirnya seimbara dimulai, semua ayam dan kuda milik Raja kerajaan lain tidak mampu mengalahkan ayam dan kuda milik Raja kerajaan Majapahit, tinggal ayam dan kuda milik Raja kerajaan Pocoleok. Ketika ayam Raja Majapahit dipertemukan  dengan ayam Raja Pocoleok yang aslinya kucing hutan( Nggaro) tadi seketika ayam Raja Majapahit mati diarena sabung ayam, selanjutnya kuda Raja Majapahit melawan kuda Raja Pocoleok, dikarenakan kuda Raja Pocoleok yang aslinya adalah rusa( tagi) tadi sehingga kalahlah  kuda milik Raja Majapahit dan akhirnya Raja Pocoleok diangakat menjadi menantu oleh  Raja Majapahit dan menikahi putrinya.

Setelah Raja Pocoleok menikah dengan putri Raja Majapahit, Raja Pocoleok membawa istrinya tadi kembali ke Pocoleok Satarmese dan menjadi Ratu kerajaan Pocoleok. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Raja Pocoleok dan istrinya dikaruniai satu orang anak perempuan yang begitu cantik rupawan dan orang Pocoleok sering memanggilnya dengan sapaan Ndu Jawa (anak cantik Jawa) dikarenakan ibunya yang berasal dari Jawa. Ndu Jawa kemudian  tumbuh menjadi sosok gadis yang begitu cantik sama seperti bidadari atau orang Satarmese menyebut molas Neho Darat.

Pada waktu itu Raja kerajaan Todo yang aslinya sudah memiliki istri, hendak mencari selir atau istri baru lagi dan menurut budaya orang Satarmese kala itu, jika mencari jodoh ditanya kepada adok atau belalang sembah dengan sebuah lagu, o.....adok nia daku wina o.... adok.....? Belalang sembah itupun menunjuk ke arah Kerajaan Pocoleok, dengan segera Raja Kerajaan Todo langsung berangkat menuju Pocoleok. Sesampai di Pocoleok Ia melihat anak Raja Pocoleok Endu jawa yang begitu cantik, oleh karena kekuasaan tertinggi berada di tangan Kerajaan Todo, Raja Pocoleok bersedia memberi anaknya untuk dipinang oleh Raja Todo.

Singkat cerita Raja Todo dan Endu jawa menikah dan tinggal di Todo. Tidak lama setelah itu Endu jawapun hamil, selama hamil Ia selalu berkunjung ke Pocoleok. Akibat terus-terusan pergi ke pocoleok Istri pertama dari Raja Todo memfitnah Endu jawa bahwa Endu jawa memiliki selingkuhan di Pocoleok, itu makanya Ia sering pergi ke Pocoleok. Raja Todo yang mendengar hal itu langsung mengusir Endu jawa dengan kondisinya yang sedang hamil besar. Tidak lama setelah itu, Endu jawapun melahirkan seorang anak laki-laki dan anak itu bergelar ata paci kode rae. Lambat laun Kode Rae ini tumbuh menjadi pemuda yang gagah, sakti dan menguasai segala ilmu. Karena kesaktianya orang-orang memberi gelar kepadanya "PAKI TOE TAMA, TAPA TOE MUNTUNG, ANGING TOE MELE", Jika dalam bahasa Indonesianya " DIBACOK TIDAK MEMPAN, DIBAKAR TIDAK HANGUS, BERENANG TIDAK TENGGELAM" . Kesaktiaannya terdengar di mana-mana, dan cerita tentang dirinya didengar oleh ayahnya Raja kerajaan Todo.

            Pada suatu kesempatan Kode Rae bertemu dengan ayahnya Raja Todo, lalu Raja Todo bertanya langsung kepada Kode Rae, siapa ibunya. Setelah mendengar cerita Kode Rae Raja Todo langsung memeluknya dan memberitahunya bahwa Ia adalah ayahnya. Lalu Raja Todo mengajak Kode Rae agar tidak tinggal di Pocoleok melainkan tinggal bersamanya di Todo. Pada suatu hari Kode Rae diamanatkan oleh ayahnya Raja Todo untuk memimpin rampas atau perang dengan orang Bejawa di perbatasan Manggarai dengan Ngada, yaitu Wae Mokel.

           Pada perang inilah kisah Kode Rae selesai, Ia rela mengorbankan dirinya demi pasukannya. Sebelum Ia menyerahkan dirinya Ia memberi tahu kepada pasukannya dan orang Bejawa ," Eme  lage boa daku meu awo mai, tewo darah sale ami, Eme lage boa daku meu sale mai, tewo darah meu awo" . Lalu Ia menyuruh orang Bejawa menggali tanah yang akan dijadikan kuburnya, sedalam lima meter dan menyiapkan wase lincor atau kayu yang menjalar untuk mengikatnya. Setelah semuanya itu, dengan kesaktiannya sendiri Ia menghilangkan nyawanya.

          Dari kisah Kode Rae ini kita mengetahui bahwa Kerajaan Todo yang sekarang kita kenal sebagai tempat ziarah memiliki hubungan dengan Pocoleok, jika dalam adat Manggarai kerajaan Todo sebagai anak wina dan Kerajaan Pocoleok sebagai anak rona.