CERITA RAKYAT
Cerita
Rakyat
ASAL-USUL
KAMPUNG WAEREBO
(Oleh: Margareta Felisitas Sena Serang, Siswi Kelas
XII SMA Iteng)
Konon,
di Tanah Minangkabau yang subur, hiduplah seorang pemuda tampan, pintar, dan
karismatik bernama Maro. Maro yang saat itu sedang mencari jati diri, mempunyai
sebuah hobi yang cukup keren di masanya, yaitu melakukan taruhan adu kerbau.
Sebuah hobi yang katanya kalau kalah berarti dosa, namun kalau menang, ya
syukur
Di pertarungan terakhirnya, diceritakan
bahwa kerbau milik Maro memenangkan pertandingan dengan menang KO setelah
membuat kerbau milik lawannya tersungkur mencium tanah. Lawan yang kalah
ternyata tak terima; dia menuduh Maro bermain curang, dan setelah mendapat
dukungan dari orang-orang sekampung, dia mengancam akan membunuh Maro.
Maro
yang terdesak kemudian l memutuskan untuk merantau. Dalam perjalanannya ke arah
timur. Maro sempat singgah di Gowa- Sulawesi, sebelum berpindah lagi kearah selatan, menuju
sebuah pulau bernama Flores.
Di
Flores Maro singgah di Labuan Bajo,
kemudian
Wara Loka. Dan kemudian berlayar
ke selatan berdiam ke suatu daerah bernama Nangapaang.
Hingga pada suatu hari Maro melihat dari arah
gunung asap yang ternyata berasal dari kampung Todo. Maro langsung
memutuskan untuk ke sana karena beranggapan pasti ada sekelompok manusia yang
tinggal di sana. Maro
langsung di terima dengan baik di kampung Todo. Dan pada hari ke tiga diadakan
pemilihan ketua suku, yang mengejutkannya Maro terpilih menjadi ketua suku. Maro yang merasa belum
pantas pun menolak jabatan tersebut, sehingga akhirnya diangkatlah seorang lain
yang lebih muda. Singkat cerita Maro akhirnya pindah dari kampung Todo ke kampung
Poppo. Di Poppo, Maro tinggal cukup lama, hingga suatu hari, timbul
pertengkaran dengan kampung tetangga, Perselisihan yang mendatangkan kabar
bahwa Poppo akan diserang tengah malam karena Maro
menimbulkan kejadian. Saat itu, warga Poppo malah melindungi Maro, yang
notabene adalah seorang pendatang. Tetapi tidak membuat kampung tetangga menjadi gentar,
malah semakin marah pada Maro.
Pada suatu malam, sekor luwak datang ke kamar
Maro di Poppo, dan hinggap di atas rumahnya. Maro yang merasa bahwa luwak
tersebut bukanlah luwak sembarang mencoba berkomunikasi dengannya. Hai luwak, kalau kau
bukan luwak biasa, maka bersuaralah.”Tiba-tiba si luwak mengeluarkan suaranya,
yang membuat Maro berpikir bahwa jangan-jangan luwak ini datang untuk
membawakan kabar baginya.
Maro
kemudian mencoba bertanya lagi dengan luwak
Hai
luwak, kalau kau membawa kabar baik di suhu dingin, turunlah dari sana, dan
tunjukkan padaku.”
Ajaib, tiba-tiba si luwak turun dari
tempatnya, dan dengan suaranya, dia mengajak Maro untuk segera kabur dari Poppo.
Kini Maro percaya, bahwa luwak itu hadir untuknya, dengan misi untuk
mengajaknya pindah ke tempat yang lebih baik. Dan benar saja, baru beberapa langkah Maro
pergi meninggalkan Poppo bersama luwak, kampung tersebut habis terbakar api, oleh seteru
Maro. Selanjutnya,
luwak menuntun Maro untuk pergi ke Kampung Modo dan menetap di sana. Namun
ternyata, di sana Maro berulah lagi. Diceritakan kepada saya, bahwa di sana,
Maromdengan segenap
kepintaran dan karismanya, ingin menguasai penduduk Modo. Beruntungnya, Maro
sempat menjalin persahabatan dengan seorang pria bernama Bimbang. Bimbang,
adalah warga Modo yang mempercayai Maro dengan sepenuh hati. Pada hari di mana
penduduk kampung ingin membunuh Maro, Bimbang mengajak Maro, untuk mengaburkan
keduanya, ke arah gunung. Setibanya di gunung, mereka menemukan sebuah persimpangan
jalan. Dan sesuai dengan namanya, hingga akhirnya memutuskan, Bimbang berbelok
ke kiri, sementara Maro berbelok ke arah kanan
Jalur yang dipilih Maro, ternyata
membawa ke Kampung Ndara, di mana dia menjumpai dua keluarga di sana.
Namun, di sana Maro berulah lagi dengan
niatan menguasai kedua keluarga itu. Akhirnya, kedua keluarga itu jengah dan
justru memilih pergi dari kampungnya, meninggalkan Maro sendirian di
sana.Singkat cerita lagi, Maro menjadi kesepian karena ditinggal sendiri..
Kemudian, Maro pun memutuskan untuk
berangkat lagi menuju sebuah tempat bernama Golo Damu. Di sana, Maro berhasil
mendapatkan hasil tanam yang bagus untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya,
termasuk mendapatkan seorang istri yang berasal dari Lembor( Manggarai Barat).Hidup
berumah tangga, bukan berarti tanpa masalah. Di Golo Damu, Maro justru mendapat
kutukan yang teramat berat. Bahwa siapa pun keluarga istrinya yang tinggal di
rumah mereka di Golo Damu, akan meninggal! Sebuah kutukan yang mungkin datang
karena karma yang dibuatnya di masa lalu. Tak betah dengan kutukan tersebut,
Maro dan istrinya memutuskan untuk pindah lagi, ke sebuah daerah yang disebut
Golo Pandu. Hingga pada suatu malam penuh bintang, Maro mendapatkan sebuah
mimpi yang akan mengubah hidup Maro selamanya.
Dalam mimpinya, seorang pria yang
sepertinya merupakan utusan kerajaan, datang mendekat untuk menyampaikan sebuah
pesan, “Maro, tempat ini tidak cukup besar untukmu. Pergilah kamu untuk melihat ke bawah, di sana
masih ada tanah yang datar untuk menetap, dan suatu saat di sana, kamu akan berkembang. Maro yang
merasa kejadian tersebut sangat nyata, memutuskan untuk menerima dan mematuhi
pesan-pesan yang disampaikan melalui mimpi.Maro pun akhirnya memutuskan untuk
beralih ke lembah hijau yang berada di dasar laut. Di sana, Maro beserta
istrinya, bergumul dan berkembang biak dengan baik, ditemani tanaman-tanaman
yang tumbuh subur, ternak yang sehat, dan air yang selalu jernih. Di sebuah
kampung nan cantik jelita, yang kini dikenal orang sebagai Wae Rebo, kampung di
atas awan. Sebuah kampung penuh senyum dan keceriaan, yang mengundang decak
kagum siapa pun yang berkunjung.
Waerebo
merupakan salah satu destinasi wisata budaya yang berada di Kampung Satar
Lenda, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara
Timur. Rute
perjalanan jika ingin ke Waerebo
yakni
dari Labuan Bajo–Ruteng–Denge dengan
durasi perjalanan sekitar 5–11 jam tergantung pada jenis transportasi dan rute
yang dipilih.